Mudahkah menulis berita? Di hari pertama pelatihan untuk pelatih Mitra Gambut 2.0 regional Kalimantan Selasa 12 Maret 2019, 16 Fasilitator Desa Peduli Gambut akan mencari jawaban pertanyaan tersebut. Pelatihan untuk Pelatih Mitra Gambut ini dilaksanakan selama dua hari di Hotel Aston Banua Banjarmasin, 12 hingga 13 Maret 2019. Dalam pelatihan tersebut, sesi yang menantang para peserta adalah saat mereka diminta membuat berita dengan kaidah dasar jurnalistik.
Berita tersebut kemudian dimuat dalam aplikasi Mitra Gambut 2.0. Dikutip dari website mitragambut.id, Mitra Gambut merupakan wadah atau platform daring berbasis android yang menyediakan akses bagi publik, khususnya masyarakat/warga desa yang berada di dalam kawasan gambut serta jejaring masyarakat sipil di daerah dalam berbagi informasi dan pengetahuan terkait dengan pengelolaan lahan gambut berkelanjutan, baik dalam bentuk cerita inspiratif, pengetahuan lokal maupun distribusi/diseminasi informasi terkini dari tapak (Desa Gambut).
Fasilitator Pelatihan dari Kemitraan, Joko Waluyo tidak hanya menjelaskan teori tetapi juga mengajak peserta merasakan langsung membuat postingan dan berita di aplikasi Mitra Gambut 2.0. Saat memandu peserta pada pengantar sesi praktik membuat berita, pria yang akrab disapa JW ini meminta Project Officer Kemitraan Yesaya Hardyanto menyampaikan motivasi menulis pada para peserta. "Verba Volant, Scripta Manent" kata Yesaya. Menurutnya, arti ungkapan tersebut adalah apa yang terkatakan, akan segera lenyap. Apa yang tertulis akan menjadi abadi.
Peserta pelatihan serius mengikuti sesi ini dan masing-masing mencoba membuat berita untuk langsung diposting di aplikasi Mitra Gambut 2.0. JW dengan sabar memandu peserta me-review tulisan mereka dengan terkadang menyelipkan humor untuk menyegarkan suasana. Dia menyoroti pentingnya melatih keterampilan menulis. Semakin sering seseorang menulis, akan semakin lancar. "Alah bisa karena biasa" katanya.
Pada akhir sesi, JW menekankan pentingnya menyebarluaskan keterampilan menulis. Bahwa akan ada dampak yang besar ketika para Fasdes telah menularkan keterampilan menulis ini kepada warga desa. Dibarengi dengan pengetahuan dan wawasan kelestarian gambut akan ada cerita dari warga desa. "Ada literasi di situ, akan ada perubahan sosial" pungkasnya. (TI)