"Petani Gambut Pemalas!!!," kata Pak Sumari sambil ketawa geli beliau menyebut metode bertaninya kepada saya saat mengunjungi pertanian nanas seluas 2 hektar yang berada di lahan gambut Desa Bagan Melibur, Kec. Merbau, Kab. Kepulauan Meranti, Riau, Minggu (14/6/2020).
Terkaget terheran-heran lah awak kan, beliau bilang karena malas makanya bertani nanas saja. Karena tidak susah merawat, tidak takut hujan/banjir, apalagi panas kering.
Musuhnya sapi, kambing, monyet, gagak, dan musang. Tapi itu semua tidak jadi kekhawatiran beliau karena banyaknya buah tak mengurangi pendapatan beliau. Jadi anggap sedekah saja, kalau ada lihat ya cukup diusir saja. Hanya pagar sebagai antisipasi agar tanaman nanas tidak rusak parah.
Awak timpal lah, waaah keren pak, bapak gak serius dan malas2 aja bisa begini hasil nanas bapak, gimana kalau rajinnya pak? Wkwkwkkw
Tidak semudah itu untuk sampai di titik ini, pak SUMARI mengalami beberapa kali kegagalan dan dalam jumlah yang besar, gagal bangkit lagi, gagal bangkit lagi...
Memang benar kata pepatah "semua akan indah pada waktunya" "buah kesabaran itu manis" mungkin masih banyak lagi perumpamaan untuk kegagalan menjadi keberhasilan.
Beliau sudah Bertani Nanas dimulai sejak tahun 2017, awalnya memulai dengan sedikit-sedikit, kemudian lama-lama menjadi bukit, karena tidak mudah juga untuk mulai membuka lahan setelah ada Aturan larangan membuka lahan dengan membakar dan beliau sadar dengan membakar maka akan merusak tanah gambut dan komoditi yang ada. Nah Sejak saat itu beliau sudah menjalankan proses pertanian PLTB.
Hingga saat ini banyak permintaan dr luar untuk memasok buah nanas, contohnya saja permintaan dr Batam, beliau tak sanggup untuk memenuhi jumlah permintaan konsumen karena seminggu 2X harus mengirim ke sana.
Waaah ini petani pemalas memang terbilang pemalas, karena beliau tidak rutin memberi nutrisi atau perangsang buah. "saya biarkan saja nanas2 ini tumbuh sendiri, kecil2 gini aja banyak yg gak kebagian buk, apalagi buah yg besar".
Hanya saja di awal ada beberapa kali beliau menggunakan pupuk kimia, beliau tidak sabar menanti pelatihan SL segera dilaksanakan, karena beliau merasa sangat haus ilmu ttg pertanian terlebih untuk pembuatan pupuk alami.
"Tapi buk, adanya wabah covid19 ini tidak berdampak dengan nanas saya, karena alhamdulillah selalu habis di pasaran". Kata beliau dengan penuh syukur.
Bersambung ~
Part1
#desapeduligambut #dpg #ayobangundesa #brg #mitragambut #cegahcovid19