Industri desa menjadi salah satu kunci dari pembangunan desa. Keberadaanya menjadi modal terciptanya modal ekonomi untuk memutar dan membangunan perekonomian berbasis desa. Masyarakat Desa Pandan Lagan mempunyai tiga industri dan pengolahan desa, seperti olahan tempe, kerajinan tangan dan produksi industri rumahan kripik. Ketiganya merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Pandan Lagan sampai saat ini.
Tempe
Produksi Tempe masih menjadi andalan Desa Pandan Lagan, dari hasil wawancara dengan Ibu Robiatun masyarakat dari RT 10 Dusun Margomulyo menceritakan bahwa pihaknya telah membuka usaha tersebut sejak tahun 2010 yang sampai saat ini masih berkembang. Ia menjelaskan dalam satu bulannya bisa menghasilkan 2,5 juta dengan estimasi pernjualan 100 bungkus dalam satu hari. Rubiatun mengungkapkan sejauh ini Tempe masih banyak diminati oleh masyarakat ia mengaku bisa memproduksi tempe dari 3 Kilogram sampai 14 Kilogram dalam satu hari.
Kerajinan tangan
Kerajinan tangan tidak terlalu banyak yang menggeluti di Desa Pandan Lagan dalam satu desa para pengrajin hanya ada dua orang. Salah satunya Siti Nurendah yang merupakan masyarakat dari RT 03, Dusun Margodadi. Ia memulai bisnis ini sejak tahun 2010, bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan adalah tali air yang diperolehnya dari beli di daerah lainnya.
Adapun barang produksi yang dihasilkan meliputi tas, gelang, kalung dan bros, dalam sehari ia hanya mendapatkan uang sebesar 50 ribu. Itupun ketika ada pembeli, disaat tidak ada pembeli tidak ada pendapatan. Salah satu persoalan yang dihadapi adalah kurangnya pemasaran yang dapat memberikan akses layanan yang lebih jauh.
Industri Rumahan/Keripik
Usaha yang terkahir adalah, industry rumahan dalam bentuk jual beli kripik. Usaha ini dikelola oleh Ibu Kholisah, masyarakat dari RT 02 Dusun Margodadi. Ia mengaku memulai bisnis tersebut sejak tahun 2010. Dalam usahanya ia memproduksi jenis kripik mulai dari kripik pisang, ikan teri, ubi kayu.
Barang dagangan ia jual di warung makan dan took minimarket yang ada di desa. dalam satu sampai dua minggu Kholisah bisa menghasilkan kurang lebih Rp. 1.000.000.
Tabel 43. Industri dan Pengolahan desa Pandan Lagan
Jenis Industri
Produksi
Keuntungan Bersih/Bulanan
Lingkup Pemasaran
Sistem Penjualan
Keripik
5 kg/1 hari
Rp. 1.000.000
Desa dan Luar Desa
Langsung ke Toko dan warung makan
Kerajinan Tangan
Tidak menentu
Rp. 50.000
Luar Desa
Sesuai dengan pesanan
Tempe
3-14 kg
Rp. 2.500.000
dalam Desa
Langsung ke Konsumen
Sumber: Obsevasi dan Wawancara Warga Desa Pandan Lagan, 2019
Potensi dan Masalah dalam Pengelolaan Lahan Gambut
Desa Pandan Lagan mempunyai berbagai macam potensi untuk pengelolaan lahan gambut, baik dibidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Dari potensi tersebut bisa dikembangkan menjadi produk unggul yang ditanam d lahan gambut.
Potensi dan masalah di Sektor Pertanian
Desa Pandan Lagan memiliki potensi sektor pertanian yang cukup banyak. Meskipun hampir 99 persen lahan merupakan lahan gambut namun masih banyak tanaman pertanian yang bisa ditanam. Salah satu contohnya ada buah naga, palawija. Kedua komoditas ini masih memungkinkan untuk dikembangkan di desa Panan Lagan yang hasilnya dapat dijual ke masyarakat Desa Pandan Lagan maupun luar Desa Panan Lagan.
Masyarakat Pandan Lagan pernah bercocok tanam dengan komoditas tersebut, menurut mereka hasilnya cukup bagus dan layak untuk dijual belikan ke pasar. Namun yang masih menjadi kendala adalah proses bertani di lahan gambut yang membutuhkan kemampuan khusus.
Persoalan yang saat ini dihadapi adalah sulitnya mengatur volume air yang ada di lahan gambut yang karakteristiknya lambat dalam meresap air. Selain itu kondisi daerah yang menjadi wilayah pasang surut air mengakibatkan banyak tanaman terendam disaat musim hujan maupun saat pasang tiba. Persolan yang lainya adalah hama babi dan monyet yang masih banyak di kawasan Pandan Lagan.
Potensi dan Masalah di sektor Perkebunan
Potensi perkebunan masyarakat di Desa Pandan Lagan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis vegetasi yaitu kebun sawit, Pinang, Kelapa Hibdrida, Kopi dan Duku. Potensi komoditas ini masih sangat mungkin untuk dikembangkan. Nilai jual yang mempunyai nilai tinggi yakni kopi, sayangnya proses menanam kopi tidak semudah menanam di lahan pasir putih..
Adapun masalah di bidang perkebunan hampir sama dengan masalah di sektor pertanian yaitu kendala yang dihadapi para petani untuk mengolah lahan dengan adanya larangan membakar lahan. Selain itu, masalah lainnya adalah harga jual hasil karet maupun kelapa sangat murah belakangan ini, sehingga penghasilan masyarakat menurun. Sulitnya saluran air saat musim hujan tiba, air tidak berjalan ke muara melainkan mengambang di area perkebunan dan terkahir berkaitan dengan monopoli bibit oleh perusahaan yang mengakibatkan hasil buah sawit kurang unggul dari pada milik perusahaan.
Potensi dan Masalah di Sektor Perternakan
Potensi perkebunan masyarakat di Desa Pandan Lagan yang bisa dikembangkan adalah tenak sapi dan wallet. Dua jenis ternak ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kendala masyarakat dalam pengembangan potensi ini adalah untuk sapi sulitnya mencari rumput, masyarakat mengaku untuk mencari rumput jaraknya puluhan kilo karena harus menyembrang ke desa sebelah, selain itu tidak banyak yang mempunyai sapi untuk dikembangkan menjadi ternak komunal yang bisa diolah menjadi komoditas pupuk kompos.
Adapun untuk terna wallet sendiri masih belum banyak yang dapat mengembangkan potensi khusus mesipun di Desa Pandan Lagan potensi wallet cukup tinggi. Persoalan yang dihadapi masyarakat adalah mahalnya biaya perawatan dan pemelihaaran wallet, kemudian tidak ada harga jual yang pasti sehingga membingungkan para peternak wallet ketika hendak menjual hasil ternaknya dan terakhir pernjualan terpaku pada pemilik modal, siapa yang memberikan modal maka nilai jualnya akan disesuai oleh pemilik modal atau yang disebut dengan tengkulak.
Tabel 44. Potensi dan masalah dalam Pengelolaan Lahan Gambut
Potensi
Masalah
Pertanian
Sawit
Persoalan saluran air, kemudian terkadang kondisi hujan bisa membuat banjir.
Hasil tidak menentu karena terkantung pasar
Palawija (Semangka, Sayur Cabai)
Saluran air yang kadang membuat banjit.
Jalan produksi rusak parah sehingga tidak bisa digunakan dengan maksimal.
Kondisi lahan gambut yang membuat volume air tidak bis diatur
Buah Naga
Kurang maksimal ditanam dilahan gambut
Kopi Coklat
Kurang maksimal ditanam dilahan gambut
Pinang
Hasil tidak menentu karena terkantung pasar
Musim penghujan terkadang kualitas pindang turun.
Kepala Hibrida
Kalau kepala hidup ditanah mineral santat yang dihasilkan 1 liter, tapi kalau dilahan gambut untuk memproleh satu liter butuh dua kepala.
Menanam kelapa hibrida di lahan gambut kurang maksimal
Duku
Harga murah karena panenraya
Peternakan
Walet
Mahalnya modal untuk melakukan usaha walet
Ketidakpastian dalam hasil yang didapat
Penjualan terpaku kepada tengkulang atau pemberi modal
Peternak (Sapi atau Kambing)
Lokasi mengambil rumpuh berada di luar desa