Penempatan fasilitator desa di Desa Kuala Sungai Jeruju terhitung sejak bulan Februari tahun 2018 sampai dengan sekarang. Salah satu program unggulan Desa Peduli Gambut (DPG) adalah pengembangan Kebun Pangan Mandiri (KPM) yang dikelola bersama dengan kelompok masyarakat/ POKMAS Cipta Tani Mandiri. KPM merupakan salah satu program yang dalam praktiknya memanfaatkan dan mengelola lahan yang ada di desa baik milik perorangan maupun kelompok dan mulai dilaksanakan pada awal bulan Februari 2019.
Fasilitator Desa pun turut menyebarluaskan ilmu PLTB (Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar) yang menciptakan pertanian berkelanjutan secara organik, tanpa bahan kimia dan tentunya tanpa dibakar. Dalam pelaksanaannya, Fasilitator Desa turut mengedukasi dan mendampingi warga terkait dengan pembuatan pupuk dan pestisida alami serta cara penggunaan. Bahan yang digunakan tergolong murah dan mudah didapat seperti dedak, bekatul, limbah ikan, serabut kelapa, brotowali dan bahan lainnya. Selain keuntungan dari segi biaya produksi dan operasional, petani yang menerapkan pertanian terpadu juga memperoleh penghasilan lebih. Adanya sektor lain seperti peternakan dan perikanan menyebabkan adanya sumber pendapatan selain pertanian.
Saat ini kebutuhan lahan di Desa Kuala Sungai Jeruju kembali mencuat karena hasil panen yang semakin menurun sehubungan dengan penurunan produksi dan penyempitan lahan pertanian yang dialih-fungsikan, sedangkan kebutuhan pangan terus meningkat. Penurunan produktivitas lahan pertanian disebabkan oleh degradasi fungsi hayati lahan, yaitu kemampuan/ kapasitasnya mengubah hara menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan tanaman. Permasalahan lain yaitu pemberian pakan udang dari hasil membeli yang seharusnya mampu mempersiapkan pakan alternatif untuk menghemat biaya. Selain itu Desa Kuala Sungai Jeruju belum memanfaatkan lahan tanggul tambak.
Tokoh yang terlibat dan mendukung penuh kegiatan ini adalah Ilman Jaya yang merupakan putra kelahiran desa Kuala Sungai Jeruju 01 Januari 1984 dan Yan (tokoh masyarakat) yang merupakan warga pendatang kelahiran Jawa Tengah, Banyumas 11 Oktober 1971. Keduanya sangat aktif menggerakan masyarakat desa salah satunya mereka telah membentuk kelompok masyarakat/ POKMAS Cipta Tani Mandiri sebagai wadah untuk melakukan hal-hal produktif di bidang pertanian, perikanan dan peternakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan turut berpartisipasi aktif menjaga gambut.
Menjawab permasalahan tersebut, Fasilitator bersama kelompok masyarakat/POKMAS Cipta Tani Mandiri menerapkan sistem pertanian terpadu satu siklus biologi (integrated bio-cycle farming) melalui budidaya perikanan tambak udang windu dan ikan bandeng, peternakan sapi sekaligus pertanian alami dengan menanam jagung yang ditumpang-sarikan dengan tanaman kedelai dalam satu lahan yang memanfaatkan lahan tanggul tambak.
Selanjutnya adalah uji coba tanam jagung dan di area tambak seluas 2 Ha, dengan tanggul tambak memiliki lebar yaitu 4 meter dan panjang yaitu 200 meter. Uji coba tanam jagung dilakukan di beberapa lokasi, yaitu lokasi tanggul tambak dengan jarak yang jauh dan dekat dari bibir pantai. Dari hasil uji coba tanam jagung tersebut, lokasi tanggul tambak dengan jarak yang jauh dari bibir pantai mendapatkan hasil panen yang baik. Semakin jauh dari bibir pantai, maka semakin netral pH tanah (pH tanah tidak asam). pH tanah yang terlalu asam dapat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman/ tanaman menjadi tidak normal.
Dalam jangka panjang, diharapkan mampu menjadi solusi bagi petani dalam meningkatkan produktivitas lahan. Berkaitan dengan integrasi program pembangunan dan konservasi lingkungan dalam mewujudkan desa swasembada dan mandiri. Dalam jangka pendek dan menengah, diharapkan petani desa mampu tercukupi pangan, sandang dan papan tanpa limbah dan penuh manfaat. Jagung dapat digunakan untuk pakan alternatif udang windu yang cukup nutrisi, limbah pertanian (batang dan daun tanaman jagung) dapat digunakan untuk pakan ternak sapi, feses/ kotoran sapi dan limbah tambak (kotoran ikan bandeng dan udang windu dapat digunakan untuk memperbaiki hara tanah dan dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman jagung.
Sistem pertanian terpadu ini diharapkan mampu menghasilkan 4F, yaitu food, feed, fuel, dan fertilizer. Pertama, pertanian terpadu dapat menghasilkan pangan dengan komposisi lebih beragam, seperti jagung, sayuran, daging, udang windu dan ikan. Kedua, limbah pertanian seperti limbah daun jagung, daun-daunan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Sementara itu, limbah hasil pengolahan produk pertanian seperti bungkil jagung dapat diolah kembali menjadi konsentrat sebagai pakan ternak, udang dan ikan. Ketiga, limbah peternakan dapat diolah untuk menghasilkan biogas sebagai bahan bakar untuk memasak. Terakhir, limbah dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik cair maupun pupuk organik padat.
Sistem pertanian terpadu yang telah diterapkan merupakan salah satu jawaban permasalahan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas, maka pertanian yang intensif merupakan tindakan yang tepat dilakukan. Intensif maksudnya mengoptimalkan penggunaan lahan yang tersedia untuk mencapai produksi terbaik. Diharapkan sistem pertanian ini dapat menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen serta meminimalisir serangan hama dan penyakit terhadap tanaman budidaya. Selain itu, pertanian terpadu ini juga memberikan kesempatan besar untuk menjadikan sistem produksi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kemandirian dan swasembada produk pertanian, produk perikanan dan produk peternakan dapat dicapai dengan baik.
Guna meningkatkan literasi lingkungan siswa, maka kegiatan pembelajaran lingkungan pada anak usia dini perlu direncanakan, dipersiapkan dan dilaksanakan melalui pendekatan yang sesuai dengan perkembangan pola pikir anak usia dini dan dikembangkan secara kreatif dengan tetap memperhatikan karakteristik anak serta lingkungan pendidikan anak. Sebelum adanya Fasilitator Desa, Lembaga Pendidikan di Desa Kuala Sungai Jeruju belum menerapkan pendidikan berbasis lingkungan terutama ekosistem gambut. Fasilitator Desa aktif mengajak siswa/ siswi untuk mengenal lebih dekat dengan alam melalui edukasi dalam rangka meningkatkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan. Dalam hal pengembangan pertanian terpadu, para siswa dilibatkan agar di masa yang akan datang siswa/ siswi memahami pembelajaran di lapangan terkait ilmu pertanian alami terpadu berkelanjutan. Selain itu siswa/ siswi diajak mengenal alam lebih dekat di Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) agar memiliki rasa cinta terhadap alam sekitar terutama ekosistem gambut.
Dalam rangka penguatan kelembagaan, kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat/ POKMAS Cipta Tani Mandiri oleh berbagai pihak diantaranya Pemerintah Desa Kuala Sungai Jeruju, Sekolah SDN 1/ SLTPN 4 Kecamatan Cengal, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten OKI dan Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) provinsi Sumatera Selatan. Fasilitator Desa melakukan koordinasi dengan Tim Restorasi Gambut Daerah dan memiliki rencana akan memberikan Bantuan Ekonomi Produktif (BEP) untuk Desa Kuala Sungai Jeruju. Fasilitator Desa, Pemerintah Desa dan TRGD melakukan diskusi dan berbagi data serta informasi terkait potensi desa sehingga menemukan usulan untuk mengembangkan sektor peternakan melalui penggemukan sapi dan pengembangan bebek petelur. Hal ini disebabkan oleh potensi pakan ternak yang tersedia di sekitar area tambak yang cukup, dan menghasilkan keputusan bahwa Desa Kuala Sungai Jeruju mendapatkan paket bantuan ekonomi produktif/BEP dari TRGD berupa sapi sebanyak 10 (sepuluh) ekor dan bebek petelur dengan jumlah 1000 (seribu) ekor.