Budidaya pertanian dilahan gambut memiliki tantangan tersendiri. Karakteristik lahan gambut yang asam, kondisi lahan gambut yang tergenang pada musim hujan dan kekeringan saat kemarau, serta rawan kebakaran. Hama tanaman yang menyerang pun bisa datang kapan saja.
Pengelolaan lahan gambut tentu saja tidak lepas dari kearifan lokal. Agar dapat berfungsi secara baik, lahan rawa gambut perlu dimanfaatkan sesuai fungsinya dengan teknologi tepat guna (TTG) untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Projects Officer Kemitraan Regional Sumatera Selatan, Hambali menyarankan kepada petani lahan gambut untuk menerapkan TTG budidaya tanaman hortikultura di lahan gambut dengan media tanam "Plasenta".
"Plasenta dibuat kotak dari papan sebetan tingginya 15 - 20 cm, panjang 7 m, lebar 4 m, di dalam kotak papan yang sudah terbentuk beri alas plastik. Kemudian dilapisan dasar plastik taburi sabut kelapa, daun-daunan, cacahan batang pisang, tanah campur pupuk kandang, tambahkan sekam kalau ada, kemudian lapisan atas tanah dengan campuran pupuk kandang. Di kotak yg panjang buat 3 lubang kanan kiri 5 cm dari bawah tembus ke plastiknya untuk pembuangan air. Di kedua ujung dari kotak tanamkan paralon untuk ngecek airnya. Kotak plasenta siap ditanami", jelas Hambali melalui WhatsApp. Jum'at (6/3/2020).
Keunggulannya tidak membutuhkan lahan yang luas, bisa lakukan di pekarangan rumah, memanfaatkan limbah kayu atau pelepah nipah untuk membuat kotaknya, tidak membutuhkan air yang banyak, tidak tiap hari menyiram, tanaman berbagai jenis sayuran dengan model tumpangsari misalnya dalam satu kotak bisa ditanam kacang panjang, timun, cabai atau sawi dan kacang panjang. Teknik ini akan membantu petani dalam pemenuhan kebutuhan sayur-sayuran sehat dan mudah mengendalikan hamanya.
Senada yang dilakukan petani Khamzah Zailani menerapkan media tanam "Plasenta" dari tong bekas untuk budidaya hortikultura di lahan gambut Desa Lurus, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
"Uji coba membuat plasenta dari pak Hambali Kemitraan, seperti meniru gambut, atasnya subur bawahnya air, cabainya tumbuh segar, praktis, seperti membuat hiasan, kalo kanan kiri pekarangan banjir tetap bisa menghasilkan sayur", kata Khamzah Zailani yang juga Sekretaris Pokmas Paguyuban Lumbung Pangan.
Petani Suhandi, tertarik membuat media tanam model "Plasenta" untuk tanaman cabainya karena tidak sering-sering menyiram tanaman.
"Aki tertarik membuat ini (plasenta) karena tidak sering-sering menyiram tanaman dan bahannya kaya pupuk dan tak perlu sering memupuk", kata Suhandi.
Teknologi tepat guna menerapkan ketersediaan sumber daya, mudah dirawat, memberikan jalan pemecahan terhadap permasalahan lahan gambut, baik untuk pelestarian sumberdaya lahan dan mampu meningkatkan produksi.