Pengelolaan pertanian tanpa bakar dan alami bertujuan tidak hanya mengejar jumlah produksi, tetapi juga menghasilkan pangan yang sehat serta membangun harmoni dengan lingkungan sekitar.
Seperti yang dilakukan Khamzah Zailani yang akrab dipanggil Pak Midun, Petani Desa Rantau Lurus, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, melakukan budidaya pertanian di lahan gambut tanpa bakar dan alami.
"Saya membuktikan kalau pertanian tanpa bakar bisa dilaksanakan di sawah saya, ditanami padi umur 29 hari, cabai, dan tomat di pematang sawah", kata Midun, Sabtu (7/3/2020).
Budidaya pertanian padi dan tumpang sari di atas lahan 2 hektar yang dipinjam dari lahan kas desa sejak 2014. Awalnya, lahan gambut terbakar, dengan inisiatif dibuka menjadi sawah hingga sekarang. Sejak sawah dicetak, pengendalian gulma dilakukan dengan menyemprot dengan mikroorganisme buatan pabrikan. Penyemprotan dimaksudkan untuk membusukkan gulma dan limbah pertanian agar menjadi pupuk alami dan tidak tumbuh lagi. Begitu pula dengan pengendalian hama binatang pengganggu, bahan-bahan dibuat secara alami yang ada disekitar desa. Tanaman budidaya pun dilakukan dengan sistem paludikultur yakni budidaya tanaman yang cocok tumbuh di rawa gambut seperti padi, cabai, tomat, kacang-kacangan, terung, buncis, ubi kayu dan kecipir. Begitu pula untuk memenuhi kebutuhan pupuk, dipenuhi dengan membuat pupuk organik cair dengan bahan-bahan yang ada di sekitar secara mandiri.
Berbeda dengan Petani Meran, memilih menggunakan pupuk secara berimbang antara pupuk kimia dengan pupuk organik. Begitu juga dengan pengendalian hama, menggunakan racun serangga maupun racun rumput pabrikan.
"Di sawah, kami gunakan pupuk urea dan organik, racun rumput maupun racun hama dari pabrik, asalkan pengunaannya sesuai dengan dosis sesuai aturan agar sawah tidak rusak", kata Meran yang juga tokoh masyarakat.
Bertani di lahan gambut, memiliki tantangan tersendiri seperti air yang masam, kekeringan di musim kemarau, biaya tinggi, hama tanaman dan ancaman kebakaran lahan. Perlu cara untuk melakukan upaya mengurangi risiko gagal budidaya pertanian dan kerusakan ekosistem gambut.
Motif peningkatan ekonomi, peduli kesehatan dan kelestarian lingkungan hidup menjadi semangat budidaya pertanian tanpa bakar dan alami yang harmoni di desa.