Ekosistem Hutan Gambut
Keanekaragaman Hayati di lahan hutan gambut merupakan satu kesatuan rantai kehidupan yang dibentuk sebagai ciptaan Tuhan yang tumbuh di lahan gambut, baik secara kasat mata maupun tidak kasat mata yang hidup di ekosistem hutan gambut.
Berbagai spesies endemik yang tumbuh dan hidup di hutan gambut berupa flora dan fauna dengan beragam spesiesnya, secara kasat mata bisa dengan mudah kita bedakan. Antara jelutung (Dyiera Illowi,Sp) dan blangeran (shorea Blangeran,Sp), atau berbagai jenis burung,ikan sungai, hewan melata dan binatang berkaki empat lainnya yang hidup bersama dengan berbagai spesies serangga.
Eksploitasi yang telah dilakukan oleh manusia akibat perkembangan ekonomi, industri dan teknologi telah menjadi perusak keseimbangan ekosistem hutan gambut.
Pembalakan liar, alih fungsi hutan gambut menjadi lahan perkebunan, pembuatan drainase untuk pertanian seperti pada eks mega rice project, perladangan berpindah, perburuan satwa, sampai pada kebijakan pembangunan yang belum seimbang terhadap keanekaragaman hayati.
Bom Waktu Kerusakan
2 juta hektar lahan gambut mengalami kebakaran pada tahun 2015 di Indonesia.
Lekat sekali dalam ingatan kita semua bagaimana langit dipenuhi asap pekat kebakaran lahan gambut yang menjadi bencana nasional.
ISPA menjadi salah satu berita yang viral diangkat karena dampat yang terburuk dari bencana kebakaran lahan gambut adalah bencana asap dari gambut terbakar bagi kesehatan manusia.
Aktifitas masyarakat terganggu dengan sangat massif dimana sekolah diliburkan dan beberapa kantor atau perusahaan diwajibkan untuk melakukan pemadaman kebakaran, persis seperti ketika dunia menghadapi pandemik Covid19.
Hukum dan kebijakan akhirnya hadir paska investigasi kebakaran yang terjadi, dimana beberapa perusahaan besar sawit dan konsesi menerima sanksi pidana perdata akibat kelalaian dalam melakukan kegiatan yang mengakibatkan kebakaran. Milyaran rupiah menjadi sanksi ganti rugi dikenakan kepada beberapa perusahaan disamping ijin yang dicabut.
Tentunya, PHK massal juga berlaku bagi karyawan yang menopangkan hidupnya pada perusahaan perusahaan ini.
Yang terparah yang seharusnya kita ingat adalah kerusakan permanen terhadap ekosistem hutan gambut, dimana terjadi ketidak-seimbangan keanekaragaman hayati ekosistem hutan gambut.
Lepas dari fungsi ekosistem hutan gambut sebagai penahan dan penyerap carbon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca atau perubahan iklim, kepunahan berbagai endemik tanaman lokal gambut pada beberapa ekosistem hutan gambut akan mengurangi efektifitas hutan gambut menjalankan siklus rantai kehidupannya.
Kesadaran Bersama3 hal utama yang kemudian dilakukan di Desa Peduli Gambut dalam program Badan Restorasi Gambut oleh Pemerintah sejak tahun 2016, tentulah tidak serta merta dapat dikatakan mampu sebagai langkah Restorasi Menyeluruh terhadap kerusakan yang terjadi terhadap keanekaragaman hayati ekosistem hutan gambut.
Masih perlu kata
Warisan, untuk Keberlangsungan, Keberlanjutan , suistanable terhadap berbagai aplikasi kegiatan yang sudah dilakukan dalam beberapa inovatif kegiatan.
Masih dibutuhkan kata
Tanggung Jawab,untuk kita semua menyadari bagaimana konsekuensi yang kita terima ketika lalai dalam menjaga ekosistem kita.
Memperingati
Hari Keanekaragaman Hayati, penulis berharap bahwa ekosistem hutan gambut yang menjadi dunia bagi flora dan fauna hutan gambut, menjadi warisan dan tanggung jawab kita semua untuk tidak mengganggu dan melakukan eksploitasi.
Cukup dengan tidak mengganggu dan mengutak atiknya, membiarkannya tumbuh dan berkembang dalam kesendirian bentang alamnya,
dunianya.
Tuk 22 mei
Selamat untuk Restorasi Alam
#HariKeanekaragamanHayati2020
#BadanRestorasiGambut
#DesaPeduliGambut