Lukman Nur Aiman, pria kelahiran Subang, Jawa Barat tahun 1992 ini memulai aktivitasnya sebagai sales disalah satu perusahaan benih setelah lulus sekolah pertanian di SMKN 1 Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. "Selama merantau, saya banyak bertemu petani-petani hebat dan belajar serta bertukar pengalaman dengan mereka," ujar Lukman.
Dari sini, Lukman banyak belajar tentang bagaimana cara mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. "Hal ini pula yang membuat hati saya tergerak untuk kembali ke Desa Suka Reja, dengan niat mengembangkan pertanian dengan pengetahuan dan pengalaman yang selama ini saya dapatkan dari tanah perantauan," lanjut Lukman.
Lukman pun memulai aktivitas barunya sebagai petani di Desa Suka Reja, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada tahun 2018. Ia menanam berbagai jenis tanaman seperti cabai, sayur-sayuran dan padi di atas lahan seluas 1 hektar miliknya.
Teknik dalam membuka dan mengolah lahan pun masih manual, yaitu dengan cara membakar, sedangkan untuk pupuk masih menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia lainnya. Namun karena tingkat keasaman tanah yang masih tinggi, hasil panen pun masih kurang maksimal.
Pada tahun 2020, Desa Suka Reja menjadi lokasi program Desa Peduli Gambut yang dikembangkan oleh Badan Restorasi Gambut. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini yaitu Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG). Mendengar ada kegiatan ini Lukman langsung mengajukan diri untuk ikut menjadi perwakilan Kader dari Desa Suka Reja bersama rekannya Randi.
Kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut diselenggarakan oleh Badan Restorasi Gambut di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada 8-11 September 2020. Sebanyak 22 orang perwakilan dari 10 desa yang didampingi oleh 10 orang Fasilitator Desa Peduli Gambut di Kabupaten Kapuas mengikuti kegiatan ini.
Selama kegiatan sekolah lapang, peserta diajarkan tentang bagaimana mengembalikan fungsi lahan gambut dan mengolah lahan tanpa membakar. Selain itu, mereka juga diajarkan membuat pupuk perangsang buah, pupuk daun dan F1 Embio untuk menetralkan pH tanah yang asam dengan menggunakan bahan-bahan organik yang mudah didapatkan dan harga yang murah.
Seusai kegiatan sekolah lapang, Lukman langsung mempraktikkan dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru didapatkannya untuk diajarkan lagi kepada petani yang ada di desanya. Tidak Cuma itu, Lukman juga membuat mini demplot pengolahan lahan tanpa bakar seluas 1 hektar dan ditanami padi. Sebelum tanam, lahan terlebih dahulu diberi F1 Embio untuk menetralkan pH tanah.
Melihat perkembangan sawah mini demplot tersebut, beberapa petani warga Desa Suka Reja yang awalnya hanya bekerja mencari purun dan ikan di rawa gambut, sekarang mulai banyak yang tertarik menanam padi dan tanaman hortikultura. Sekolah Lapang Petani Gambut yang dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut benar-benar telah dirasakan manfaatnya oleh Lukman dan beberapa petani warga Desa Suka Reja.