Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) aktif merawat gambut dan membangun ekonomi masyarakat di sekitar lahan gambut di Desa Samuda Besar, Kabupaten Kotawaringin Timur. Sejak 2019 lalu BRGM sudah mulai dikenal masyarakat Desa Samuda Besar. Salah satu bantuan BRGM berupa pengembangan padi sawah serta adanya pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) berupa sekat kanal yang berfungsi dengan baik hingga sekarang dan mampu mengurangi kebakaran gambut di Desa Samuda Besar.
Tahun 2021, program dari BRGM kembali masuk di Desa Samuda Besar beserta tenaga Fasilitator Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG). Masyarakat desa sudah tidak asing lagi dengan Badan Restorasi Gambut & Mangrove ditambah lagi dengan aktifnya Fasilitator dalam mensosialisasikan diri ke beberapa lembaga formal dan non formal yang ada di desa, seperti BUMDes, PKK, MPA dan juga kelompok tani maupun warga sekitar tempat tinggal fasdes. Sehingga masyarakat pun membuka diri untuk menerima keberadaan fasdes di Desa.
Program Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) berupa sekat kanal kembali dilaksanakan dengan jumlah sebanyak 2 (dua) titik guna untuk membantu menaikkan daya simpan (retensi) air sehingga permukaan di sekitarnya tetap basah. Bantuan Revitalisasi Ekonomi (R3) masyarakat sekitar lahan gambut guna untuk mendukung kesejahteraan masyarakat tidak luput dari pelaksanaan program oleh BRGM di Desa Samuda Besar, bantuan tersebut diterima oleh Pokmas Samuda Jaya.
Pokmas Samuda Jaya mendapatkan kucuran dana dari BRGM memalui TRGD Kalimantan Tengah sebesar Rp. 138.865.000, bantuan tersebut diarahkan untuk mengembangkan usaha Hortikultura tanaman jangka panjang dan jangka pendek. Adapun tanaman jangka panjang yang dipilih Pokmas Samuda Jaya yaitu tanaman pinang dan jeruk, sebelum menetapkan jenis tanaman, pokmas sudah survey pemasaran dan sudah mendapatkan jaringan pasar. Sedangkan tanaman jangka pendek Pokmas Samuda Jaya memilih tanaman bawang prai, tomat, cabai dan jagung, dengan luasan lahan 3 hectare (Ha).
Selain Revitalisasi Ekonomi (R3), masyarakat juga diberikan pelatihan oleh BRGM untuk membuka lahan tanpa harus membakar melalui kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG). Berkat adanya kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG), kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) diikuti oleh perwakilan Gapoktan Berkat Usaha.
Gapoktan Berkat Usaha beranggotakan 25 orang, yang terdiri dari 22 laki-laki dan 3 perempuan dan diketuai oleh Bapak Muslihul Amin. Dari anggota Gapoktan yang mewakili mengikuti kegiatan Sekolah Lapang (SL) bapak Lahmadin dan bapak Imansyah, setelah mengikuti pelatihan di Desa Handil Sohor, kedua kader langsung mempraktekkan pembuatan pupuk F1 Embio untuk di aplikasikan di tanaman pekarangan masing-masing.
Selanjutnya Gapoktan bersama dengan fasilitator melakukan rapat penentuan untuk lokasi mini demplot yang akan dibangun, setelah melakukan survey lapangan Gapoktan menyepakati pembangunan mini demplot yang berlokasi dilahan Bapak Madin.
Setelah melakukan persiapan lahan, Gapoktan Berkat Usaha membeli benih tomat, terong, dan bibit bawang prai serta jahe untuk ditanam dilahan Gapoktan Berkat Usaha. Sebelum melakukan penanaman Gapoktan Berkat Usaha melakukan perlakukan pemberian F1 Embio dilahan mini demplot.
Seminggu setelah pemberian pupuk F1 Embio Gapoktan Berkat Usaha melakukan penanaman bawang prai, tomat, dan jahe. Selanjutnya gapoktan aktif melakukan pemeliharaan tanaman.
Dalam proses pendampinga Gapoktan Berkat Usaha, tantangan yang dihadapi oleh Fasilitator adalah, adanya beberapa anggota yang hanya semangat di awal, namun ditengah perjalanan banyak yang kurang aktif, seperti pada masa pemeliharaan tanaman. Dan fasilitator dihadapkan pada tatangan sulitnya membangun penyadaran di masyarakat.
Pola pemikiran masyarakat mengenai lingkungan sudah mulai berkembang, salah satu kader menyampaikan bahwa dengan adanya pelatihan sangat membantu bahwa bertani tidak melulu membuka lahan dengan membakar, dan pemupukan tanaman bisa dibantu dengan F1 Embio yang tidak kalah baik dari pupuk kimia, sehingga sekarang bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mengurangi biaya yang besar untuk pembelian pupuk, ?ujar Bapak Lahmadin sebagai salah satu kader sekolah lapang petani gambut?.
Dengan adanya program yang dilaksanakan BRGM serta didorong adanya penempatan Fasilitator Desa, masyarakat mulai memahami dan menyadari pentingnya menjaga gambut dan juga restorasi gambut. Hal tersebut tercermin dengan adanya usulan masyarakat untuk kegiatan restorasi gambut dalam perencanaan desa (RPJMDes & RKPDes) usulan yang masuk sangat beragam, masyarakat tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik tetapi usulan mengenai pelatihan pembuatan pupuk organic, dan menjadi salah satu usulan prioritas pada tahun 2022.